Monday, 1 February 2010 |
0
komentar
Kamis 08 Oktober 2009,siang hari sekitar pukul 11.00, ledakan keras sedikitnya terjadi empat kali mengejutkan dan membuat panik warga, di Kabupaten Bone, Sulawesi selatan. Warga sekitar terlihat panik saat merasakan ledakan yang disebabkan oleh meteor tersebut. Akibatnya, sekolah pun lantas menghentikan proses belajar mengajar dan memulangkan para siswanya.
Meteor Jatuh Di Bone - Di Bone Sulawesi selatan terjadi ledakan keras yang disertai percikan api. Ledakan ini kemungkinan berasal dari metoer yang jatuh. Hal itu diungkapkan Kepala Pusat Pemanfaatan Sain Atmosfir dan Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin.
Thomas mengatakan kemungkinan ledakan itu merupakan metor jatuh didasarkan pada gejala alam yang timbul berupa adanya cahaya, ada suara ledakan, dan jug adanya getaran meskipun kecil yang berasal dari angkasa.
Apakah itu sampah angkasa? Thomas belum berani memastikanya karena wujudnya belum ditemukan dan belum dilihat. Pristiwa jatuhnya meteor ataupun sampah antariksa termonitor pada tahun 1981 dan 1988 di gorontalo dan lampung, yaitu berupa tabung bekas roket pesawat, demikian juga halnya di bengkulu. Meteor jatuh pernah terjadi di bali dan flores.
Identifikasi
Sampai sejauh ini masih belum dipastikan, ledakan tersebut berasal dari apa. Ada yang mengatakan gempa bumi, banyak pula yang menduga suara pesawat, dan ada yang menyebutkan suara meteor yang jatuh. Seorang warga di Bone, Rivai, menuturkan, getaran yang sempat menggoyangkan dinding rumah terjadi sampai empat kali. "Saking kerasnya ledakan sempat membuat banyak warga panik," ujarnya.
Kasmir, saksi mata lainnya menceritakan, ledakan itu bukan dari pesawat terbang. "Saya lihat ada cahaya api jatuh dan berasap. Lalu, 2 atau 3 menit kemudian terdengar sebuah ledakan besar," kata dia.
Bapak yang tengah menjemput anaknya di SDN 13 Bone itu menduga, cahaya api itu bukan pesawat jatuh sebab bentuknya memanjang dipenuhi ekor api, seperti layaknya sebuah meteor yang jatuh.
Terkait dengan ledakan ini, Kepala Planetarium Boscha, Moedji Raharto, saat dikonfirmasi terpisah menyatakan kecil kemungkinan ledakan berasal dari benda asing atau meteor. Menurut dia, pada jam-jam itu sangat jarang ada benda asing yang mampu melewati alat orbit bumi. "Saat itu (sekitar pukul 11.00 Wita--Red) posisi kepala bumi berada tepat berhadapan dengan matahari," ujarnya.
Sementara itu, Abdul Rahman, peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), memastikan, pada hari Kamis (8/10) tidak ada benda asing yang masuk ke dalam orbit bumi. "Tidak ada informasi meteor jatuh hari ini," ujarnya.
Diakuinya, LAPAN juga belum mengetahui asal muasal dari ledakan itu. Berbeda dengan yang diungkapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Makassar. BMKG memprediksi ledakan tersebut berasal dari gempa dengan kekuatan 1,9 Skala Richter (SR) di sekitar Teluk Bone.
Ledakan Bukan Suara Sukhoi
Komandan Pangkalan Udara TNI AU Sultan Hasanuddin Makassar Marsma Ida Bagus Putu Dunia menyatakan, suara ledakan yang didengar sejumlah warga Desa Palete’e, Kecamatan Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, bukan berasal dari latihan manuver pesawat tempur Sukhoi. Hal itu disampaikannya ketika dikonfirmasi soal suara ledakan pada Kamis (8/10) yang menimbulkan dugaan ada pesawat jatuh.
“Hari ini tidak ada latihan manuver pesawat Sukhoi di wilayah udara Bone. Hari ini memang ada latihan rutin di atas wilayah Kabupaten Takalar, bukan di Kabupaten Bone. Dan dalam latihan hari ini tidak ada pesawat yang menggunakan kecepatan mach number (kecepatan suara). Jadi tidak ada manuver yang menimbulkan efek sonic boom,” kata Putu melalui pesan layanan singkat yang dikirimkannya.
Secara terpisah Kepala Penerangan Komando Operasi TNI AU II, Mayor (Sus) Sonaji Wibowo menjelaskan pada hari Kamis ada enam pesawat TNI AU yang berlatih. “Akan tetapi sebelum pukul 13.00 WITA seluruh pesawat sudah kembali ke homebase di Pangkalan Udara TNI AU Sultan Hasanuddin Makassar dengan selamat. Dan selama latihan tidak ada insiden apa pun,” kata Sonaji.
Sejauh ini, belum bisa dipastikan penyebab suara ledakan dan kilatan yang disaksikan beberapa warga Kecamatan Watampone. Kepolisian Wilayah Bone telah menurunkan tim untuk menelusuri informasi itu…
****
****
UPDATE
Pada tanggal 27 Oktober kemaren, melalui kompas Dr Thomas Djamaluddin mengkonfirmasi penyebab ledakan di Bone. Berikut kutipannya:
Pakar astronomi mengungkapkan bahwa ledakan besar yang terjadi di perairan Teluk Bone pada 8 Oktober 2009 lalu adalah akibat jatuhnya meteorit yang berasal dari asteroid berdiameter sekitar 10 meter ke bumi.
"Ledakan terjadi karena tekanan atmosfer menyebabkan pelepasan energi yang cukup besar, di mana kecepatan jatuh meteorit tersebut sekitar 20,3 km per detik atau 73.080 km per jam," kata pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Dr Thomas Djamaluddin di Jakarta, Selasa (27/10).
Sistem pemantau internasional untuk larangan percobaan nuklir dari 11 stasiun, ujarnya, melaporkan telah mendeteksi adanya ledakan besar yang berpusat di sekitar lintang 4,5 LS dan bujur 120 BT, sekitar pukul 11.00 Wita pada 8 Oktober. Analisis ledakan menunjukkan bahwa kekuatan ledakan sekitar 50 kiloton TNT (trinitrotoluena) dan sinyal ledakan tersebut juga mencapai stratosfer yang tingginya lebih dari 20 km.
Kebanyakan asteroid yang jatuh tidak menyebabkan kerusakan di bumi, kecuali diameternya mencapai lebih dari 25 meter. Dikatakan Djamal, berdasarkan perkiraan sebaran meteoroid-asteroid di antariksa dekat bumi, obyek seperti itu punya kemungkinan jatuh di bumi setiap 2 sampai 12 tahun.
Namun, informasi yang beredar simpang siur, kebanyakan mengira ledakan itu merupakan ledakan pesawat jet tempur Sukhoi yang sedang melakukan latihan dari markasnya di Skuadron Udara 11 Pangkalan Udara Sultan Hassanuddin, Makassar.
Sedangkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) IV Makassar sempat mengaku telah terjadi gempa kecil sebesar 1,9 skala Richter (SR) di permukaan di perbatasan Kabupaten Bone dan Wajo, di mana di wilayah tersebut terdapat Patahan Sa`dang.
Source:
hotklix
Suara karya
Kompas.com
0 komentar:
Post a Comment